Oleh : Siti
Aminah
Gua Tujuh
adalah gua yang dianggap sebagai
peninggalan sejarah oleh masyarakat daerah Laweung. Ada tujuh pintu utama
memasuki Gua Tujua ini. Ke Tujuh pintu tersebut mempunyai sisi yang
berbeda-beda. Lokasinya di Jl. Banda Aceh - Medan KM 100, Desa Laweung,
Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh.
Gua ini,
dikelilingi dengan gunung yang tak berhutan. Atau sering disebut dengan
pegunungan bebatuan. Memasuki kawasan Gua Tujuh tentu harus berhati-hati.
Karena, jalan menuju ke Makam yang sering di sebut para Aulia tersebut masih
banyak mengalami kerusakan. Jalan yang terjal dan banyak bebatuan, sehingga
pengunjung sulit untuk mengendari sepeda motor atau bus wiasata.
Dengan Panorama
pengunungan bebatuan di selah-selah bukit tinggi, Gua tujuh terletak diperbatasan sebelah barat.
Tepatnya, bebatasan dengan daerah
laweung dekat Selatan. siapapun yang menuju ke daerah tesebut bisa melepaskan
pandangan ke pesisir pantai laut selatan. Tentu memiliki keindahan tersendiri
jika berada di puncak gua tersebut.
“Hampir semua
orang pernah mendengar mengenai Gua Tujuh itu. Meskipun, banyak orang yang
menceritakan dengan berbagai informasi yang di dapatkan. Namun, keakuratan
tidak bisa digambarkan dari mulut ke
mulut. Terkesan Gua Tujuh hanya sebagai cerita rakyat belaka” kata Arif salah seorang
yang berkunjung ke Gua Tujuh tersebut.
Anehnya, tempat
tersebut tidak bisa di sebut sebagai parawisata. Karena siapapun yang
berkunjung ke Gua Tujuh, di namakan perjalanan Ziarah para Aulia-Aulia yang
pernah bertapa di dalam Gua Tujuh . “Jika di jadikan wisata, maka pengunjung
tidak menjaga etika ketika berada di gua ini, justru Gua Tujuh bisa dikatakan
tempat ziarah banyak pengunjung. Apalagi, ini tempat suci para Aulia yang
sedang bertapa “ kata Ambiya salah seorang Guide di Gua Tujuh perbukitan
Laweung itu.
Seperti dunia
mistis, ketika kita mendengarkan cerita atau sejarah Gua Tujuh. Karena, banyak
orang menggambarkannya dari mulut ke mulut. “Siapa saja bisa menceritakan, asal
mereka berada di wilayah tersebut. Meskipun sudah banyak orang dari luar
melakukan pusat penelitian tentang luasnya Gua Tujuh itu, sampai saat ini belum
ada yang membukukannya” Tambah Ambiya.
Menurut cerita,
Gua Tujuh tersebut terdiiri dari 28 Gua. Dengan pintu utama berjumlah Tujuh, sebagai pintu pembuka menuju Gua
selanjutnya. Hanya Tujuh pintu yang bisa dimasuki oleh orang. Sedangkan saat
ini, hanya tersisa Empat pintu yang masih terbuka lebar. Yang lainnya sudah
tertutup dan tidak bisa dimasuki, dengan berbagai alasan yang ada. Bisa saja
arah gua tersebut terlalu luas, takut tersesat dan tidak tahu pintu keluarnya .
Ditambah lagi, Gua Tujuh itu tidak di beri cahaya lampu sehingga terlihat
sangat gelap dan pekat. Hanya ada cahaya senter yang terlihat ketika orang
memasuki ke dalam gua itu.
Menurut
Safrullah (45) Salah seorang pemandu di Gua Tujuh itu mengatakan, banyak orang
yang berkunjung kedaerah tersebut baik dari
Aceh maupun luar aceh seperti dari pulau jawa dan sumatera. Bahkan,
Turis juga pernah sering berkunjung untuk penelitian mengenai keluasan Gua
Tujuh tersebut. Namun, banyak yang gagal karena gua itu tidak bisa di ukur
luasnya.
“Gua ini gua suci, semua Aulia berkumpul di
sini. Mereka bertapa mengharap kasih dari Tuhan. Berjalan sampai ke haji, melalui perjalan bertapa. Kekuatan
mereka menyatu. Ada yang terjatuh kelaut karena gagal dengan berbagai rintangan ada juga yang berhasil hingga menembus Tanah
Suci”. Kisahnya.
Tidak hanya para
Ulama aceh yang melakukan pertapaan di wilayah gua tujuh ini, tetapi ada juga
para ulama dari luar Aceh, tapi masih banyak yang gagal. Itu terlihat saat para
pertapa meceritakan kisahnya selama beberapa minggu menjalani pertapaan. Ada
yang badannya merah seperti kena
cambukan, ada juga dengan selamat membawa kris yang telah berhasil di ambil
dari dalam gua tersebut. Ia juga menuturkan mengenai pertapaan seorang ulama
hingga menuju Arab. Banyak cerita yang dikisahkan kepada pengunjung, meskipun
cerita tersebut terlihat mistis tapi, cerita gua tujuh tersebut memang ada di
dunia nyata.
Salamah (63)
adalah warga Laweung di Desa Suka Jaya. Ia mengisahkan bahwa Gua Tujuh
merupakan gua perjalanan haji para
Aulia. Gua Tujuh yang sudah ada berabad-abad itu menurut cerita bukan sebuah
gua yang terbentuk dari peristiwa Alam. Namun, ada suatu kejadian yang nyata
yang tidak bisa di gambarkan oleh manusia sekarang. berbagai adat-istiadat juga
ada di dalam Gua tersebut. Ada sebuah peristiwa penting yang terjadi di Gua
Tujut tujuh itu. Sampai sekarang belum ada Ahli sejarah yang bisa menelusuri
seberapa luas gua tersebut.
Selain itu, Gua
Tujuh juga pernah digunakan sebagai sarana pertapaan (menyendiri). Orang Aceh
menyebutnya ‘Kaluet’. Istilah ini tepatnya bernada positif. ‘Kaluet’ merupakan
sarana untuk meningkatkan harmonisasi antara manusia dan Allah SWT. Mereka
hanya beribadah. Biasanya orang yang memilih ‘Kaluet’ ini hingga berbulan-bulan
lamanya menetap dalam gua tersebut. Ditengarai mereka tidak makan dan minum.
Salimah, sebagai
orang yang di jadikan Nara Sumber ketika mendapatkan informasi tentang Gua
Tujuh itu menjawab dengan lisan dan cerita dari nenek buyutnya zaman dahulu.
Lagenda Gua Tujuh merupakan peristiwa penting sampai sekarang. faktanya, masih
banyak orang-orang para Ulama yang datang dari Aceh, Pulau Jawa, dan juga Luar
Negeri untuk melakukan percobaan Pertapaan. Dikisahkan, ada seorang perempuan
yang cantik dan Solehah datang ke tepat itu, puluhan tahun yang lalu. Ia
berniat ingin melakukan pertapaan ke dalam Gua tersebut. Belum sampai seminggu,
di dalam gua yang gelap gulita,
perempuan itu langsung keluar dengan kondisi tubuh yang bengkak seperti
ada pukulan cambuk di bagian belakangnya. Mendengar cerita tersebut bagi
masyarakat modern tentu sangat tidak masuk akal. Namun, itulah realita yang terkisah
di Gua Tujut itu.
Cerita mistis
lainnya terkait harta benda yang dikandung Gua Tujuh. Diyakini, Gua Tujuh
banyak memiliki peninggalan emas. Sebagian sumber memercayai emas itu milik
kerajaan Aceh masa lalu yang dikuburkan disana. Sebagian lain merasa emas itu
fatamorgana. Hanya bisa dilihat oleh Aulia, orang yang dianggap keramat.
Untuk mengamati
pintu masuk gua ini, banyak orang yang
mengantung sendi kehidupan disana. Dengan berjualan minuman, dan makanan yang
di sediakan khusus unntuk para pengunjung. Indahnya lagi, tempat ini tidak di
tarik biaya apapun , termasuk untuk memasuki gua tersebut. Hanya saja
pengunjung bisa membayar dengan
seihklasnya kepada para guide yang sudah mendampingi pengunjung mulai
dari pintu masuk hingga pintu arah keluar gua tersebut.
Soal perawatan
dan penjagaan Gua Tujuh, sudah ada dalam tatanan aturan pemerintah kota Pidie
yang berhubungan dengan Dinas Pariwisata. “Disana, para Guide sudah mendapatkan
jatah masing-masing, meskipun hanya sedikit” Ujar Safrullah, tidak ingin
deketahui berapa gajinya perbulan sebagai penjaga Gua Tujuh itu.
Pengunjung juga banyak pantangan jika memasuki
gua tersebut. Salah satunya, tidak bisa bepaikaian yang terlalu ketat seperti
celana Jeans dan Lejing. Apa lagi pergi berdua-duaan. Itu sangat di larang,
karena untuk menjaga hal yang tidak di inginkan.
Didalam gua tersebut, ada juga ukiran ayat
Allah yang tertulis jelas di atap bebatuan gua. Nukilan Bismillah itu bukanlah
ciptaan Manusia, akan tetapi memang sudah ada dari bebatuan di atas atap Gua
itu. Biasanya tulisan Ayat Allah tersebut akan mengeluarkan tetesan air, dan
air tersebut di tampung dalam Drum. Jika pagi hari, hanya penjaga gualah yang
berhasil mengambil air tersebut dan memasukkannya kedalam botol Aqua. Kemudian, air tersebut di pasarkan kepada
pengunjung. Alkisah, air tersebut bisa menyembuh berbagai penyakit.
Tidak hanya itu,
ada juga tempat duduk Pelaminan, dapur, dan tempat lainnya yang sudah membatu.
Dari pengamatan penulis, dulunya gua tersebut di huni oleh para ulama dan
kerajaan-kerajaan, karena banyak peninggalan di dalamnya yang bisa di ambil
sampai saat ini. Meskipun harus melalui pertapaan seperti yang pernah di
lakukan oleh para ulama-ulama terdahulu. Dan sebagai bukti ulama yang berasal
dari daerah Jawa pernah berhasil mengambil keris selama pertapaannya dalam Gua
tersebut.
Sumber dari;
Majalah Potret
1 komentar:
Ane pernah kesitu...
Posting Komentar